APENSO INDONESIA

header ads

SEKOLAH PINGGIRAN SIAP MENGANTARKAN SISWANYA SELEKSI SISWA BAKAT CERDAS ISTIMEWA YANG DIADAKAN DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA

“SEKOLAH PINGGIRAN SIAP MENGANTARKAN SISWANYA SELEKSI SISWA BAKAT CERDAS ISTIMEWA YANG DIADAKAN DINAS PENDIDIKAN KOTA SURABAYA”



Oleh : Banu Atmoko
apensoindonesia.com


Menurut data Asosiasi CI+BI Nasional, terdapat 2% dari populasi anak usia sekolah, adalah anak yang memiliki potensi cerdas/berbakat istimewa. Jika mengacu pada data BPS 2005, terdapat 65.291.624 anak usia sekolah (usia 4-19 thn). Artinya terdapat 1.305.832 anak Indonesia memiliki potensi cerdas/berbakat istimewa (CI+BI). 

Berdasarkan kenyataan yang universal dan alamiah bahwa manusia itu berbeda suatu sama lain dalam berbagai hal, seperti dalam hal intelegensi, bakat, kepribadian, kondisi jasmani dan sebagainya. Oleh karena itu, perlu dipikirkan bagaimana menangani penyaluran berbagai perbedaan ini. 

Pendidikan anak berbakat merupakan bagian integrasi pendidikan pada umumnya, dengan kekhususan memberi kesempatan maksimal bagi anak berbakat untuk berfungsi sesuai dengan potensinya, dengan harapan bahwa pada suatu saat anak juga akan memberi sumbangan yang maksimal bagi peningkatan kehidupan sesuai dengan aktualisasi potensinya itu. 

Hal itu sesuai dengan citra masyarakat yang kita anut dengan memperhatikan kaitan fungsional antara individu dengan masyarakat. 

Menurut definisi yang dikemukakan Renzuli, anak berbakat memiliki pengertian:
“Anak berbakat merupakan satu interaksi di antara tiga sifat dasar manusia yang menyatu ikatan terdiri dari kemampuan umum dengan tingkatnya di atas kemampuan rata-rata, komitmen yang tinggi terhadap tugas-tugas dan kreativitas yang tinggi. Anak berbakat ialah anak yang memiliki kecakapan dalam mengembangkan gabungan ketiga sifat ini dan mengaplikasikan dalam setiap tindakan yang bernilai”. 

Menurut penelitan Terman (1925) pada saat anak berbakat dilahirkan memiliki berat badan di atas berat badan normal. Dari segi fisik pada umumnya mereka juga memiliki keunggulan seperti terlihat dari berat dan tinggi badan, koordinasi, daya tahan tubuh dan kondisi kesehatan pada umumnya (French, 1959). 

Mereka juga sangat energik (Meyen, 1978) sehingga orang salah mendiagnosa sebagai anak yang hyperaktif (Swassing, 1985). 

Anak-anak berbakat berkembang lebih cepat atau bahkan sangat cepat bila dibandingkan dengan ukuran perkembangan yang normal. Hal ini disebabkan anak berbakat memiliki superioritas intelektual (Gearheart intelektual 1980) mampu dengan cepat melakukan analisis (Sunan, 1983), dan dalam irama perkembangan kemajuan yang mantap (Swassing,1985) bahkan dalam berfikir mereka sering meloncat dari urutan berfikir yang normal (Gearheart,1980) Heller (2004) mengembangkan model multifaktor yang merupakan pengembangan dari Triadic Interdependence model Monks serta Multiple Intellegences dari Howard Gardner.

Menurut Heller konsep keberbakatan dapat ditinjau berdasarkan empat dimensi multifaktor yang saling terkait satu sama lain:
1. Faktor talenta (talent) yang relatif mandiri,
2. Faktor kinerja (performance),
3. Faktor kepribadian, dan
4. Faktor lingkungan;
Dua faktor terakhir menjadi perantara untuk terjadinya transisi dari talenta menjadi kinerja. 

Faktor bakat (talent) sebagai potensi yang ada di dalam individu dapat meramalkan aktualisasi kinerja (performance) dalam area yang spesifik. 

Bakat ini mencakup tujuh area yang masing -masing berdiri sendiri, yaitu: kemampuan intelektual, kemampuan kreatif, kompetensi sosial, kecerdasan praktis, kemampuan artistik, musikalitas, dan keterampilan psikomotor. 

Sementara itu, faktor kinerja (performance) meliputi delapan area kinerja, yaitu matematika, ilmu pengetahuan alam, teknologi, komputer, seni (musik, lukis), bahasa, olahraga, serta relasi sosial. 

The “Three-Ring Conceptions” atau Konsepsi Tiga Cincin menurut Renzulli (1981, 2005) yang menyatakan bahwa tiga ciri pokok yang merupakan kriteria (persyaratan) keberbakatan (giftedness) adalah keterkaitan antara :
1. Kemampuan umum (kapasitas intelektual) dan/atau kemampuan khusus di atas rata-rata.
2. Kreativitas di atas rata-rata.
3. Pengikatan diri terhadap tugas (task commitment) yang cukup tinggi.

The Triadich dari Renzulli-Monks merupakan pengembangan dari Konsepsi Tiga Cincin Keberbakatan dari Renzulli. Model Renzulli-Monks ini disebut model multifaktor yang melengkapi Konsepsi Tiga Cincin Keberbakatan dari Renzulli. Dalam model multifaktornya Monks mengatakan bahwa potensi kecerdasan istimewa (giftedness) yang dikemukakan oleh Renzulli tidak akan terwujud jika tidak mendapatkan dukungan yang baik dari sekolah, keluarga, dan lingkungan di mana anak tinggal (Monks dan Ypenburg, 1995). 

Multifaktor maka pendidikan anak cerdas istimewa tidak dapat dilepaskan dari peran orang tua dan lingkungan dalam menanggapi gejala-gejala kecerdasan istimewa yang dimiliki, toleran terhadap berbagai karakteristik yang ditampilkannya baik yang positif maupun berbagai gangguan tumbuh kembangnya yang menjadi penghambat baginya, serta dalam mengupayakan layanan pendidikan yang terbaik baginya. 

Lebih lanjut model pendekatan ini menuntut keterlibatan pihak orang tua dalam pengasuhan di rumah agar berpartisipasi secara penuh dan simultan dengan layanan pendidikan di sekolah. Berkaitan dengan konsepsi keberbakatan ini, menarik pula model multiple intelligence dari Gardner. 

Gardner menjelaskan bahwa intelegensi bukan merupakan suatu konstruk unit tunggal namun merupakan konstruk sejumlah kemampuan yang masing-masing dapat berdiri sendiri (Gardner, 1983). 

Pendapatnya ini seiring dengan upaya dari sejumlah pakar psikologi yang giat meneliti kembali apa yang dimaksud dan bagaimana cara mengukur intelegensi dan mereka berpandangan bahwa intelegensi tidak dapat diukur melalui pengukuran kemampuan skolastik semata. 

Gardner berpendapat bahwa manusia memiliki 7 dimensi yang semi otonom, bahkan akhir-akhir ini berkembang lagi menjadi 9 dan bahkan 10 jenis intelegensi.

Dinas Pendidikan kota Surabaya mempunyai kegiatan yaitu seleksi siswa bakat cerdas istimewa. Dimana SMP PGRI 6 Surabaya yang merupakan Sekolah Peduli Berbudaya Lingkungan yang terletak di Jalan Bulak Rukem III No 7-9 Kelurahan Wonokusumo, Kecamatan Semampir pada hari Rabu, 13/10/2021 sebanyak 6 siswa yang terdiri dari ANDIKA BAGAS SAPUTRA, DWI AGUSTIN, ELFATUN HIKMAH, HOIRUL DIMAS, NADIVA PUTRI, SITI AISYAH FITRI yang merupakan siswa kelas 8 mengikuti seleksi siswa bakat cerdas istimewa yang diadakan oleh Dinas Pendidikan kota Surabaya.

Dalam kesempatan tersebut, ke enam siswa/siswi SMP PGRI 6 Surabaya mengikuti seleksi di ruang kelas dengan duduk sesuai protokol kesehatan yaitu duduk satu – satu urut sesuai absensi. Dimana siswa/siswi SMP PGRI 6 Surabaya yang mengikuti seleksi tersebut membuka link https://tryoutonline.dispendik.surabaya.go.id/?login=siswa dengan menggunakan user yaitu NIK dan password yaitu tanggal lahir siswa/siswi tersebut. 

Dimana penulis yang juga Kepala SMP PGRI 6 Surabaya sebelum mulai pelaksanaan seleksi memberikan informasi dan memimpin doa di kegiatan tersebut. Selesai memimpin doa, penulis membagikan kertas yang berisi NIK dan tanggal lahir siswa/siswi untuk mengisi melalui link https://tryoutonline.dispendik.surabaya.go.id/?login=siswa lalu keenam siswa/siswi mengerjakan soal sebanyak 60 item.

Penulis dalam kesempatan ini berharap agar siswa/siswi SMP PGRI 6 Surabaya mengerjakan soal dengan sebaik - baiknya agar mereka bisa membanggakan dan mengharumkan nama orang tua dan sekolah.

Ayo tunjukkan SMP PGRI 6 Surabaya adalah Sekolah pinggiran bisa bisa dan bisa terus berkarya dan berprestasi. Jangan mau SMP PGRI 6 Surabaya diremehkan. Ayo tunjukkan kalian menjadi siswa/siswi cerdas dengan hasil baik di seleksi ini.
#TantanganGuruSiana
#dispendikSurabaya
#Guruhebat




Posting Komentar

0 Komentar