APENSO INDONESIA

header ads

PANDEMI PERAMPAS KEMERDEKAAN ?

PANDEMI PERAMPAS KEMERDEKAAN?



Oleh : Daniel Mohammad Rosyid
Guru Besar ITS Surabaya



Menjelang peringatan 76 tahun kemerdekaan baiklah diingat bahwa hingga hari ini kita sesungguhnya belum merdeka. Tanda-tanda ketidakmerdekaan itu makin jelas di saat kita salah mengelola flu covid-19. Kita menerima begitu saja pandemisasi Covid-19 oleh WHO. Kita tidak memiliki kedaulatan kesehatan. Politik kesehatan kita didikte oleh WHO melalui kompleks industri farmasi yang berselingkuh dengan kompleks industri IT sehingga penyakit flu ini berubah menjadi penyakit Covid yang mematikan. 

Perancang pandemisasi Covid-19 ini tahu persis kelemahan sistem pelayanan kesehatan kita : kuratif, tidak efisien, dan dimonopoli oleh industri farmasi. Publik diposisikan sebagai pasien atau pesakitan yang dungu di hadapan para dokter dan spesialis. Buktinya : prevalensi penyakit tidak menular seperti hipertensi, diabetes, jantung koroner, gagal ginjal dan kanker sudah lama menggerogoti kesehatan kita dengan mortalitas yang lebih tinggi dari covid-19. Prevalensi malnutrisi termasuk anaemia meningkat terus di kalangan remaja perempuan sebagian besar karena diet yang keliru untuk tampil seperti para selebriti. Baik penyakit tidak menular maupun malnutrisi ini tidak pernah dikelola dengan serius dan pandemi covid-19 ini semakin membuat pengelolaan tersebut terbengkalai. 

Yang membunuh umat manusia modern bukan lagi penyakit menular tapi kepasifan fisik dan mental. Industri otomotif dan minyak telah mengubah mobilitas mekanik menggusur mobilitas metabolik. Industri televisi dan IT makin menurunkan aktifitas fisik dan mental manusia. Di tambah dengan malnutrisi akibat diet yang buruk, pandemi comorbid covid-19 ini telah menyedikan ladang pembantaian bagi covid-19. Propagandanya melalui medsos telah mengubahnya seolah menjadi bukan flu, tapi penyakit yang mematikan sehingga vaksinasi paksa massal seolah menjadi resep yang tak terelakkan. 

Karantina wilayah parsial-diskriminatif dan pembatasan mobilitas hingga tingkat lokal dipaksakan sebagai solusi. Mestinya kalau ini benar - benar solusi, vaksinasi tidak diperlukan. Vaksinasi paksa massal ini adalah bukti bahwa pembatasan mobilitas selama hampir setahun itu gagal mencapai tujuannya untuk mengurangi penularan flu covid-19. Pembatasan mobilitas hingga di tingkat mikro (bisnis, sekolah, kampus, pasar dan tempat - tempat ibadah tutup, portal di kampung - kampung) mungkin mengurangi penularan, tapi telah terbukti menghancurkan ekonomi, merampas kemerdekaan sipil dan meningkatkan comorbid dan mortalitasnya sekaligus memperparah malnutrisi. Kedua hal ini justru meningkatkan Case Fatality Rate flu covid-19. 

Saya kira, pendekatan dan perumusan kebijakan kesehatan kita dalam menghadapi flu covid-19 ini keliru jika tidak bisa disebut gagal total. Angka kematian yang sudah mencapai 100ribu lebih, ratusan di antaranya adalah dokter dan perawat, ribuan lainnya adalah para ulama, dan profesor, dan tokoh masyarakat, tidak bisa diterima. Harus dilakukan medical atau public health audit oleh pihak yang independen.  

Pada saat karantina wilayah diterapkan, mobilitas metabolik di tingkat lokal seperti berjalan kaki dan bersepeda ke tempat kerja, sekolah, kampus, pasar dan tempat - tempat ibadah tidak perlu dilarang. Justru ini merupakan strategi untuk mendorong aktifitas fisik dan mental untuk tetap sehat dengan imunitas yang bagus yang dibutuhkan untuk melawan flu covid-19. Kampanye nutrisi sehat juga perlu dilakukan termasuk dengan penyediaan makanan tambahan bergizi, tinggi serat dan rendah karbohidrat di sekolah, kampus, korporasi, dan tempat - tempat ibadah. 

Kita tidak bisa biarkan mismanajemen flu covid-19 ini berkembang menjadi maladministrasi publik di mana aturan dan tafsirnya dibuat bukan untuk kepentingan kesehatan publik, tapi lebih untuk kepentingan industri farmasi. Ke depan ini, melawan flu covid-19 bukan dengan isolasi dan vaksinasi yang jelas telah merampas kemerdekaan pribadi kita, tapi dengan mendorong mobilitas metabolik lokal yang penting bagi intimasi dan nutrisi sehat yang dibutuhkan untuk meningkatkan imunitas nasional.  

Rosyid College of Arts,
Gunung Anyar, 7/8/2021



Posting Komentar

0 Komentar