APENSO INDONESIA

header ads

TIGA HAL YANG SAMA TETAPI MEMBEDAKAN

TIGA HAL YANG SAMA TETAPI MEMBEDAKAN


Oleh : Warsono
Guru Besar dan Mantan Rektor Unesa (Universitas Negeri Surabaya)

    Di dunia ini selalu ada persamaan dan perbedaan, sebagai bagian dari hukum alam. Tidak ada sesuatu yang sama persis kecuali dengan dirinya sendiri. Anak kembar sekalipun tidak akan sama persis, yang ada hanya persamaan dan perbedaan. Diantara keduanya ada persamaan, tetapi juga ada perbedaan. Jika diperhatikan kedua anak kembar tersebut, pada saat masih bayi atau kanak-kanak, mungkin persamaannya lebih banyak daripada perbedaannya. Tetapi dalam perkembangannya perbedaan kedua anak tersebut akan semakin besar.

    Adanya persamaan, perbedaan, dan identik ini sebenarnya telah diajarkan dalam matematika. Matematika mengajarkan berpikir secara deduktif, dengan mendasarkan kepada asumsi-asumsi. Dalam matematika selalu disimbolkan bahwa A = A, yang bisa dibaca bahwa A identik dengan A. Sementara jika A dibandingkan dengan B, maka A ≠ B (dibaca A berbeda dengan B). Seandainya dikatakan bahwa A = B, maka itu dibaca sebagai persamaan atau dianggap sama, tetapi bukan identik. Dari persamaan tersebut kemudian kita bisa mengambil kesimpulan berdasarkan penalaran deduktif.

    Sama halnya ketika kita bertanya manusia itu satu atau banyak? Jawabannya bisa beragam, sangat tergantung kepada siapa yang menjawab dan bagaimana cara berpikirnya. Namun jika ditanya siapa diantara kita yang bukan manusia, hipotetis secara pasti tidak ada yang menjawab atau mengacungkan diri. Itu artinya kita semua termasuk dalam suatu himpunan yang sama yaitu manusia. Dengan kata lain, manusia itulah yang menyamakan kita. Di sisi lain, jika seseorang ditanya apakah kamu sama dengan saudaramu, bisa diduga bahwa mereka akan menjawab tidak sama.

    Perbedaan diantara kita sudah sangat jelas, mulai dari warna kulit, rambut, kebiasaan, kesenangan (hobi). Secara antropologis, manusia berbeda suku, budaya, dan agama. Perbedaan tersebut merupakan sunatullah, sebagai kehendak Allah, sebagaimana dijelaskan dalam Surat Al Hujarat ayat 3, ... Kuciptakan manusia ,,,bersuku-suku dan berbangsa-bangsa... Namun dalam perbedaan tersebut Allah juga memberi hal yang sama kepada setiap orang, yaitu akal, hati nurani dan waktu.

    Manusia diberi akal, agar berpikir untuk memahami hukum-hukum alam, yang pada gilirannya bisa menghasilkan ilmu dan teknologi. Bahkan berpikir juga bisa meningkatkan keimanan dan ketaqwaan. Sementara hati nurani merupakan sumber kejujuran, yang membimbing manusia agar tidak berbohong. Manusia bisa saja membohongi orang lain, tetapi tidak akan bisa berbohong terhadap Allah dan dirinya sendiri. Sedangkan waktu diberikan agar manusia bisa melakukan ibadah, termasuk didalamnya adalah berkerja. 

    Ketiga hal yang sama tersebut, yang kemudian menyebabkan adanya perbedaan dinatara kita. Bagaimana cara menggunakan ketika hal tersebut yang membedakan dan menyebabkan terjadinya stratifikasi baik secara ekonomi (kekayaan) maupun sosial (kehormatan). Ada yang yang sukses secara ekonomi dan sekaligus sukses secara sosial. Ada juga orang yang sukses secara ekonomi, tetapi tidak sukses secara sosial, atau sebaliknya ada yang sukses secara sosial, tetapi tidak sukses secara ekonomi. Namun ada juga orang yang tidak sukses keduanya.

    Setiap orang diberi kebebasan untuk memilih sebagai hak azasi. Kebebasan memilih bukan hanya dalam politik (pada saat pemilu atau pilkada), tetapi juga memilih jalan hidup, dan bagaimana berkehidupan. Orang-orang yang sukses adalah mereka yang menggunakan akalnya untuk berpikir secara kritis dengan cara terus bertanya, karena berpikir pada hakikatnya adalah menjawab pertanyaan. Berpikir kritis pada gilirannya akan mendorong untuk kreatif, sehingga bisa menghasilkan inovasi. Di sisi lain, berpikir kritis yang disertai dengan analisis, reflektif, dan abstraktif akan menghasilkan suatu proposisi, teori atau kebijaksanaan (wisdom).

    Kreatifitas dan inovasi yang menyebabkan seseorang meraih sukses secara ekonomi. Kita bisa melihat orang-orang yang sukses secara ekonomi seperti Nadhim Makarim dengan gojeknya, Bill Gates, Steve Jobs, Jack Ma, dan para pengusaha yang pada umumnya selalu berpikir kritis, kreatif, dan inovatif. Basis perekonomianpun telah mengalami pergeseran dari ekonomi yang berbasis pertanian, dan industri ke perekonomian yang berbasis kreatifitas. Orang kaya sekarang bukan orang yang memiliki tanah yang luas atau memiliki banyak pabrik, tetapi mereka yang memiliki kreatifitas.

    Hati nurani juga merupakan modal untuk sukses. Paling tidak secara sosial. Orang-orang yang jujur akan lebih dihormati dari pada mereka yang tidak jujur. Bahkan di kalangan pengusaha, kejujuran merupakan hal yang sangat penting dalam bisnis. Begitu juga di kalangan akademis, kejujuran merupakan hal yang sangat ditekankan. Ketika mengambil pendapat orang lainpun kita harus secara jujur mengatakan dari siapa (mem-footnote). Bahkan dalam bidang penelitian ada prinsip yang harus dijunjung yaitu bahwa peneliti boleh salah dalam menganalisis, tetapi tidak boleh bohong dalam data. Dalam kehidupan bermasyarakat, kejujuruan juga merupakan modal sosial (social capital) dalam membangun jaringan kerja (networking).

    Manusia juga dikarunia Allah waktu yang hampir sama, yaitu satu hari kurang lebih 24 jam. Waktu yang sama itu, kemudian bisa menjadi pembeda, jika penggunaannya berbeda. Orang yang menggunakan waktu hanya untuk tidur atau bermalas-malasan, tentu tidak akan sama hasilnya dengan mereka yang menggunakan waktu untuk bekerja. Begitu juga bagi mereka yang setiap waktunya digunakan untuk melakukan kejahatan dan kemaksiatan tentu tidak sama dengan mereka yang banyak menggunakan waktunya untuk berbuat baik dan beribadah.

    Cara menggunakan akal, hati nurani, dan waktu itulah yang akan menjadi pembeda diantara kita. Bahkan Allah telah memberikan perintah dan peringatan terhadap penggunaan ketiga hal tersebut. Perintah berpikir dan peringatan tentang pentingnya hati nurani serta waktu banyak kita temui di dalam Al Quran. Kita yang memilih, karena telah diberi kebebasan dan peran untuk menentukan perjalanan hidup masing-masing. Perjalanan hidup seseorang sebagian besar ditentukan oleh apa yang dia lakukan. Apakah kita termasuk orang yang malas untuk berpikir, tidak mau mendengarkan suara hati nurani dan membuang-buang waktu?. Atau kita akan menggunakan akal untuk terus berpikir, dan menjaga fitrah kejujuran serta menggunakan waktu untuk beribadah dan bekerja.

    Kita juga yang memilih kesuksesan mana yang akan kita raih?. Dan modal mana yang akan kita optimalkan, semua terserah kepada masing-masing individu, karena Allah telah memberi modal yang sama. Seandainya ada orang yang diberi kekurangan dalam kemampuan berpikir, dia pasti diberi kelebihan dari sisi yang lain. Seandainya kita tidak bisa mencapai sukses di dunia, masih ada kesempatan untuk meraih sukses di akhirat dengan mencari ridloNya. Semua terserah kepada pilihan kita masing-masing.

Belajar bersyukur
Surabaya, 26 Juni 2020

Posting Komentar

0 Komentar