APENSO INDONESIA

header ads

Kembali ke Keluarga di Rumah

Kembali ke Keluarga di Rumah 
Oleh : Daniel Mohammad Rosyid - Dosen ITS Surabaya. - PTDI


Sebelum kita dipaksa oleh Covid-19 untuk Belajar Dari Rumah dan Bekerja Dari Rumah, Mendikbud Nadiem Makarim sudah meluncurkan kebijakan Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka. Saat banyak sekolah, kampus dan perusahaan kosong melompong, kita perlu berpikir lebih jauh : belajar dan bekerja di rumah. Setelah sekian lama tidak mampu membayangkan hidup tanpa sekolah dan pabrik-pabrik, kita perlu berani membayangkan sebuah kehidupan baru tanpa sekolah dan pabrik-pabrik. Dunia semacam itu pernah ada seratus tahun silam.

Saat perubahan iklim bertambah parah, ekonomi dunia yang melamban, kita didorong Covid-19 ini memasuki depresi global. Dunia tidak akan pernah sama lagi seperti yang kita kenal selama ini. Bahkan jika kita mau mengambil hikmah di balik pandemi global Covid-19 ini, kita bahkan perlu berani merancang satu kehidupan baru yang lebih baik. Fareed Zakaria beberapa tahun silam bahkan memvisikan sebuah dunia baru a post American World. Suka atau tidak, dunia yang kita kenal selama ini memang an Americanized world. 

Jika kita mau belajar, maka rancangan hidup baru itu harus dimulai dengan pendidikan baru karena setiap tindakan sadar didahului oleh pikiran sadar. Pendidikan yang kita kenal paling tidak selama 50 tahun terakhir terlalu dimonopoli oleh persekolahan. AS adalah sebuah the most schooled world. Wajib Belajar diartikan sebagai Wajib Sekolah.

Di abad internet saat ini, semakin tampak bahwa sekolah semakin outdated dan tidak relevan. Kita perlu sistem pendidikan baru yang lebih fokus pada perluasan kesempatan belajar sebagai prasyarat bagi budaya bangsa yang merdeka serta perluasan kemerdekaan bagi semua warga negara.

Seperti nasehat Ki Hadjar Dewantara, pendidikan itu akan bertumpu pada tiga pilar : keluarga, masyarakat, dan perguruan/persekolahan/kampus. Dua pilar pertama itu bersifat necessary (perlu), sedangkan pilar ketiga (perguruan) bersifat sufficient (cukup). Seperti makan, keluarga menyediakan sarapan beragam, masyarakat menyediakan makan malam aneka ragam. Sekolah menyediakan makan siang seragam. Makan siang, seperti saat puasa, boleh tidak ada.

Keluarga adalah pilar pertama dan utama. Keluarga harus diperkuat sebagai satuan edukatif dan produktif yang sah. Anggaran pembangunan harus dialokasikan untuk menguatkan keluarga di rumah, bukan untuk memperbesar sekolah dan pabrik-pabrik.

Gunung Anyar, 6/4/2020

Posting Komentar

0 Komentar