APENSO INDONESIA

header ads

Ajak Kepedulian Sosial

Ajak Kepedulian Sosial 
Oleh : H. Banu Atmoko
Partner Apenso Indonesia


Ibnu Umar RA berkata, ''Aku datang menemui Nabi Muhammad SAW bersama 10 orang, lalu salah seorang Anshar bertanya, siapakah orang yang paling cerdas dan paling mulia wahai Rasulullah? Nabi menjawab, orang yang paling banyak mengingat kematian dan paling siap menghadapinya, mereka itulah orang-orang yang cerdas, mereka pergi dengan membawa kemuliaan dunia dan kehormatan.'' (HR Ibnu Majah)

Manusia yang mengingat kematian akan memendekkan angan-angannya, lebih menyegerakan berkarya, dan gemar berbuat kebajikan. Dia menginsyafi diri bahwa setiap manusia, baik kaya atau miskin, memiliki jabatan tinggi atau rendah, pintar atau bodoh, dan fisik sempurna atau cacat, semuanya akan kembali menyatu dengan tanah. Sendiri dalam kegelapan menghadapi malaikat maut.

Allah berfirman dalam surat Al Jumu'ah (62) ayat 8, ''Katakanlah sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.''

Perbedaan terbesar orang yang mengingat kematian dengan tidak ialah terletak pada kehati-hatian bersikap, kerendahan hati, keikhlasan, amal kebaikan, dan kezuhudannya. Harta, tahta, kata, dan cinta dunia yang ia miliki tak mempengaruhi pandangannya terhadap semua manusia.

Ia memahami manusia sama-sama sebagai makhluk ciptaan Allah swt yang akan kembali pada-Nya dan mempertanggungjawabkan segala amal perbuatannya. Hanya tingkatan takwa yang membedakan kedudukan masing-masing manusia.

Ia tak segan menguras harta untuk membantu kesusahan orang lain. Jabatan atau tahta, ia fungsikan sebesar-besarnya untuk memaslahatan seluruh rakyat dan bukannya malah membebani hidup rakyat. Cinta, kata, serta popularitas, ia gunakan untuk melakukan banyak pencerahan agar kehidupan masyarakat terangkat lebih baik.

Mengingat kematian akan melembutkan hati yang keras, kaku, dan beku. Syafiah RA mengisahkan seorang perempuan mengadu kepada Aisyah RA tentang kekesatan hatinya, lalu Aisyah berkata, ''Perbanyaklah mengingat kematian niscaya hatimu menjadi lembut.'' Kemudian perempuan itu melakukannya sehingga hatinya menjadi lembut.

Ka'ab sahabat Rasulullah mengungkapkan bahwa siapa yang mengetahui kematian pasti segala penderitaan dan kesusahan dunia menjadi ringan baginya. Sebab, kematian adalah kafarat bagi setiap Muslim. Sungguh manusia cerdas ialah yang bisa memaknai kematian dengan benar dan mengantarkannya pada kemulian hakiki.

Dalam mengajarkan kepada seluruh siswa/siswi SMP PGRI 6 Surabaya yang merupakan Sekolah Peduli Berbudaya Lingkungan yang terletak di Jalan Bulak Rukem III No. 7 – 9 Kelurahan Wonokusumo Kecamatan Semampir. Pada hari Kamis 30/1/2020, seperti biasa melaksanakan kegiatan Sholat Dhuha, Sholat Hajat, Pembacaan Istighosah, Pembacaan Yasin yang dipimpin oleh Bapak Ustad Achmad Syaifuddin, S.H.I selaku Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.

Selesai acara Istighosah saat jam istirahat seluruh Bapak/Ibu Dewan Guru SMP PGRI 6 Surabaya dan SDS “AL-IKHLAS mendatangi kediaman Muhammad Ramzy Anantio di Wonokusumo Wetan 3/8 Surabaya, siswa kelas 7 yang Ibunya meninggal dunia. Dalam kesempatan tersebut Bapak/Ibu Dewan Guru baik SMP PGRI 6 Surabaya maupun SDS "AL- IKHLAS Surabaya bersama 2 perwakilan siswa SMP PGRI 6 Surabaya yaitu Moch. Suib dan Habibi membawa sumbangan beras dari seluruh siswa/siswi SMP PGRI 6 Surabaya dan SDS “AL-IKHLAS Surabaya.

Di Kediaman Ramzy, Ayah beliau Wiyanto meminta maaf atas kesalahan istrinya semasa hidup serta mohon maaf jika selama ini kurang perhatian ke Ramzy. Dalam kesempatan tersebut Bapak Ustad Achmad Syaifuddin, S.H.I memimpin pembacaan doa untuk Almarhumah Ibu Sunarti yang meninggal dalam usia 48 tahun.

Menurut Kepala SMP PGRI 6 Surabaya, Bapak Banu Atmoko, S.Pd yang mendampingi kegiatan tersebut bahwa tujuan dari kegiatan tersebut ikut bersimpati dan berbela sungkawa, serta kepedulian kepada keluarga Bapak Wiyanto atas meninggalnya Istri tercinta Ibu Sunarti, disamping itu juga menurut Kepala Sekolah kelahiran April 1984 bahwa tujuan dari kegiatan ini adalah mengingatkan kita baik sebagai guru maupun siswa untuk selalu ingat akan kematian.*

Posting Komentar

0 Komentar