APENSO INDONESIA

header ads

INDONESIA PERLU PUNYA PUSAT CITIZEN KARYA ILMIAH SENDIRI, JANGAN TUNDUK SCOPUS

Pendidikan tinggi:

Tengah: Prof. Komaruddin M. Said

INDONESIA PERLU PUNYA PUSAT CITIZEN KARYA ILMIAH SENDIRI, JANGAN TUNDUK SCOPUS
Oleh: Gempur Santoso

Index scopus saat ini menjadi momok ilmuwan Indonesia. Ilmuwan itu bisa dosen dan mahasiswa. Banyak para doktor terhambat gara gara citazi index scopusnya kurang. Banyak pula calon doktor yg terhambat atau gagal ujian tertutup akibat belum bisa memasukan jurnal yg terindeks scopus.

Padahal, untuk bisa memasukan jurnal terideks scopus bisa menghabiskan biaya Rp. 16 juta. Apalagi, susah untuk bisa memasukan naskah ilmiah ke jurnal yg link scopus. Bahkan, kadang sudah masuk terideks tiba tiba hilang.

Menurut Prof. Komaruddin M. Said, seorang guru besar  dari Malaysia. Dalam confence dan seminar international Dewan Guru Besar Indonesia di Hotel Golden Tulip Surabaya (6/11/19/), mengatakan "scopus itu perniagaan (red:bisnis"). "Jangan tunduk pada scopus" tambahnya.

Pengalaman Malaysia bahwa negerinya punya idex citazi ilmiah sendiri. Selama sekitar sudah lima tahun, malah scopus yg menemui index citasi ilmiah Malaysia untuk kerjasama. Jadi, akhirnya seluruh tulisan jurnal ilmiah di Malaysia yg citasi Malaysia, otomatis semua langsung tercitazi terindex scopus.

Guru besar Malaysia itu menyarankan "Indonesia harus punya index citazi sendiri". "Kalau citazinya ingin bisa cepat naik, tulisan kita suruh baca teman kita"tambahnya. (GeSa)






Posting Komentar

0 Komentar