APENSO INDONESIA

header ads

SILATUROHIM, TIDAK BEKU

Catatan:

SILATUROHIM, TIDAK BEKU

Oleh: Gempur Santoso
APENSOINDONESIA.COM


Jauh sekitar 90 km. Ada yang dari Kandangan Kediri. Ada yang dari Krecek, Pare Kediri. Sampai di Bohar rumah saya tinggal. Suami istri. Dan, para putra putrinya silaturohim ke rumah.

Budaya, adat seduluran. Walau umroh kami sekeluarga Januari lalu, sampai April masih ada yang baru sempat silaturohim. Memang silaturohim tak membatasi waktu. Makin banyak silaturohim memperpanjang usia, semoga.

Yang menarik cerita sepupu saya. Imam. Usaha ikan. Pembibitan sampai dengan pemasaran. Jenis ikan Nila dan Mujair. Dioleh olehi juga. Ikan panggang.

Dia menekuni usaha ikan. Tidak pernah jadi buruh. Tidak mau kerja ikut pabrik. Tidak mau kerja ikut orang lain. Sejak muda sudah total usaha ikan. Senangnya kerja begitu.

Saya tanya "mengapa?". Kata Imam "dalam menjalankan hidup jangan sampai tertekan, kerja, usaha mandiri". Itulah kepuasan hidup ponakan saya itu.

Keponakan saya, anaknya Imam dan Rutin istrinya. Sudah ada yang menikah, jadi bidan. Yang lain masih sekolah.

Oleh Imam, famili yang lain diajari ternak ikan. Siapa saja yang mau. Termasuk mas (kakak) saya yang pansiunan, ikut belajar. Di sepetak tanah sawahnya dibuat kolam ikan. Sukses juga.

Sepupu yang lain, Yanti. Usaha butik dagang pakaian. Suaminya, Faqih, petani tebu.

Silaturohim. Makin tua harus banyak silaturohim. Sulaturohim itu bergerak. Banyak gerak biar sehat. Selalu sehat akan panjang umur (insyaAllah).

Silaturohim ke sesama. Tukar pikiran. Silaturohim dengan hewan dan tanaman. Ngrawat ikan, ngrawat padi polowijo. Ngisi waktu dengan kesibukan, bergerak. Tidak beku. Tetap sehat.

Diam apalagi bengong. Darah, otot tulang jadi beku. Pikiran melayang. Tiada sehat tiada guna.

Tetap enjoy, tidak terforsir.

Memang selama masih hidup tidak ada pensiun.
(GeSa)






Posting Komentar

0 Komentar